Meniti Persilangan Jejak Visual | Catatan Pameran Krack! Studio ‘Silang Jejak’ Jogja Fotografis Festival 2023
— Jon Britto Wirajati
Pameran Silang Jejak adalah salah satu perhentian (f-Stop) dalam rangkaian Jogja Fotografis Festival 2023 yang diinisiasi oleh Ruang MES 56. Digelar di galeri Krack! Printmaking Studio, napas utama dari penyelenggaraan pameran ini adalah kolaborasi antar “tetangga” dalam ekosistem seni Mantrijeron, Yogyakarta. Kolaborasi inilah yang kemudian juga muncul dalam kerja kuratorial pameran, di mana tim kuratorial terdiri dari beberapa anggota Krack! Printmaking Collective dan anggota kolektif Grafis Minggiran. Saya, termasuk dalam bagian tim kuratorial itu.
Sejak ide penyelenggaraan pameran ini dilontarkan Akiq AW (MES 56) kepada Sukma Smita (Krack! Printmaking Collective) dan Deni Rahman (Grafis Minggiran), proses lanjutan kemudian bergulir secara lebih mengerucut. Beberapa pertemuan awal -seingat saya terselenggara dua kali pertemuan- antara ketiga pihak dan beberapa lainnya termasuk saya, berdiskusi mengenai kerangka kuratorial menjadi tajuk awalan. Alur perbincangan akhirnya menghantar tim kuratorial untuk menyepakati konsep kuratorial yang menjadi turunan kerangka kuratorial Jogja Festival Fotografis, yaitu “Bingkai”.
Gerak persiapan pameran kemudian memasuki tahap selanjutnya: penulisan kerangka kuratorial dan pemilihan seniman serta karyanya. Empat orang anggota tim kuratorial (Sukma Smita, Febrian Adinata Hasibuan, Deni Rahman dan Jon Britto Wirajati) melakukan beberapa kali pertemuan (daring dan luring) untuk menuntaskan kerangka kuratorial.
Konsep yang kemudian disepakati tim adalah menjajaki persilangan visual, antara yang fotografis dan yang (seni cetak) grafis. Kerangka kurasi kemudian dibangun di atas tiga konsep -praktik, citraan (image), serta ingatan yang saling silang di antara fotografi dan seni cetak grafis. Singkatnya, kurasi pameran ini akan mengajak apresian untuk meniti persilangan jejak visual fotografi-seni cetak grafis.
Berangkat dari kerangka kuratorial ini, mulanya, dapat disusun delapan nama perupa yang berpotensi untuk dilibatkan. Dari beberapa diskusi lanjutan dan upaya penjajakan yang dilakukan, daftar nama kemudian menyusut jadi lima, yaitu Syahrizal Pahlevi, Maryanto, Rudi Hermawan X Aan Hasibuan, Etza Meizyara, dan Lokus Foundation.
Tugas menghubungi seniman yang akan dilibatkan ini kemudian dibagi rata ke tiap anggota tim kuratorial. Sukma Smita menghubungi Lokus Foundation melalui Syaiful A. Garibaldi, Deni Rahman menghubungi Maryanto, Febrian Adinata Hasibuan menghubungi Syahrizal Pahlevi dan saya sendiri menghubungi Etza Meisyara.
Singkat cerita, setelah menempuh beberapa tahap lanjutan, pameran kemudian berhasil dibuka dengan lancar pada tanggal 25 Agustus 2023. Seniman yang terlibat, kecuali teman-teman dari Lokus Foundation, bisa hadir saat pembukaan. Sebelum pembukaan dilakukan, sesi bincang seniman (artist talk) sudah digelar lebih dulu dengan menghadirkan Rudi Hermawan, Syahrizal Pahlevi, dan Etza Meisyara. Audiens yang hadir saat itu didominasi oleh mahasiswa anggota UKM Minat dari Universitas Negeri Malang yang kebetulan sedang datang berkunjung.
Silang Jejak yang Meluas
Seperti yang disinggung di awal tadi, pameran Silang Jejak ini pada mulanya adalah upaya tim kuratorial menawarkan pengalaman menjajaki gerak saling silang antara fotografi dan seni cetak grafis. Namun, pada pelaksanaan dan tampilannya, ternyata gerak saling silang yang dihadirkan terlihat meluas.
Lokus Foundation dengan karyanya yang berjudul “Mikro Khodam” menghadirkan visual berbasis riset atas ragam hasil kerja tubuh mencerna berbagai asupan makanan dan pola konsumsinya. Lalu, karya Syahrizal Pahlevi yang dipamerkan berupa hasil-hasil cetak cukilnya yang mengabadikan citraan fotografis sosok-sosok yang ditemuinya dalam beberapa perjuampaan di dalam dan luar negeri dan tajuk “Mobile Printmaking Project”. Sepuluh edisi scratch drawing Maryanto kemudian ikut mengisi pameran melalui tawarannya mengenai pengalaman visual berhadapan dengan isu-isu eksploitasi sumber daya alam dalam kunjungannya ke Belo Horizonte, Brazil.
Juga Rudi Hermawan dan Aan Hasibuan yang mencoba mengetengahkan karya seni berbasis riset yang berupa art book dan silk screen print yang merespons imaji kelas menengah dalam iklan-iklan majalah. Terakhir, Etza Meisyara membagikan pengalaman intermedialitasnya saat bermain-main dengan material plat alumunium dan sound dalam penciptaan karya seni.
Pasca pameran ditutup 11 September 2023 lalu, saya kemudian semakin meyakini bahwa pameran Silang Jejak ini memang bergerak meluas dari bingkai kuratorial awal yang kami tetapkan, meniti persilangan jejak fotografis dan seni cetak grafis. Saya kemudian teringat perkara unframed yang sempat terlontar dalam perbincangan tim kuratorial di awal masa persiapan pameran.
Silang Jejak berserta seluruh karya seni yang dipamerkan di dalamnya sudah dilepaskan dari bingkai (unframed) persilangan fotografi-cetak grafis dan meluas ke praktik seni lain seperti bunyi dan gambar bergerak (motion graphic). Kiranya ini yang membekas bagi saya dan menjadi catatan proses perjalanan pameran Silang Jejak.
Saya menikmati pelepasan bingkai-bingkai kuratorial dengan meniti persilangan jejak ini tanpa satupun petunjuk.