Unstocking Room

Daniel Satyagraha, “The Punctuation of The Single Image”

Seniman, tidak seperti profesi yang lain. Ia memiliki kebebasan untuk menentukan hasil akhir dari kerjanya, baik produk yang berupa benda, tindakan, situasi dan produk pengetahuan lainnya. Seniman juga bisa menjadikan tindakan produksi, cara pikir bahkan situasi personal menjadi bahan produk artistiknya; untuk situasi terkini bahkan ada dorongan besar dari pemikir seni untuk menjadikan situasi personal, atau urusan dapur untuk dijadikan tema. Seniman didorong untuk selalu mempertanyakan diri sendiri, keputusan-keputusan yang telah dan akan dibuat, bahkan harus mempertanyakan keabsahan cara pikir dan karya yang dihasilkan. Harapannya tentu saja seniman akan menjadi selalu kontekstual, relevan dan berguna bagi situasi kontemporer di tengah masyarakat.

Dalam krisis global pandemi seperti saat ini, ketika semua segi kehidupan masyarakat di seluruh dunia berubah seketika, pertanyaan-pertanyaan menyangkut fungsi dan posisi sosial seniman di masyarakat menjadi sah untuk diajukan. Dalam konteks Indonesia, kita bisa sedikit bergembira dengan peran pekerja seni, termasuk seniman. Inisiatif-inisiatif yang dibuat tidak terkungkung lagi dengan domain dan zona nyaman pekerjaannya. Ada yang menginisiasi dapur umum, gerakan literasi, pengorganisasian bahan pangan, distribusi panen, dan beberapa fundrising bantuan. Dalam sisi wacana dan kerja artistik, bagaimana seniman bersikap belum terlihat, mengingat hasil pemikiran dan kerja artisitik memang membutuhkan waktu untuk direnungkan dan menyelesaikan persoalan-persoalan di dalamnya.

Dalam kaitan dengan wacana artistik ini, Ruang MES 56 mencoba merespon situasi ini dengan menghadirkan program Unstocking Room. Kami ingin memperlihatkan dalam sebuah etalase bersama dan khususnya dalam karya yang dibuat dalam masa situasi ini. Apa saja yang telah dan sedang dilakukan beberapa anggota MES 56 dalam merespon pandemi ini. Secara mental, nyaris semua orang mengalami kondisi ‘safe mode’, dimana ukuran-ukuran kehidupan jadi minimal, keselamatan menjadi paling utama. Oleh karena itu, seberapapun hasil kerja yang ada dalam tampilan ini akan selalu berkembang, diolah ulang dan dipertanyakan kembali.

Sebagai seniman berbasis foto, protokol pandemi yang membatasi gerakan tentu menjadi permasalahan. Kita bisa kita lihat beberapa karya merupakan olahan studio, dengan aneka teknik dan sumber gambar. Program ini tidak serta-merta menjadi etalase belaka, namun selayaknya kultur dialog dan pengembangan wacana di setiap kolektif seni, kami mencoba mengetengahkan respon-respon karya di masa pandemi ini dengan menghadirkan sebuah forum diskusi daring yang akan membahas mengenai hal-hal apa saja yang dilihat, terdampak, dan cara-cara melampauinya. Perekaman, pengolahan, dan produksi karya ini sekaligus dapat memberi jeda untuk kita merenungkan kembali akan perubahan situasi dan pola-pola kehidupan saat ini atau setelah pandemi ini berlalu. Harapannya jelas, apresiasi yang muncul nantinya tidak hanya berguna bagi seseorang yang mengkoleksi karyanya, namun hal ini secara langsung akan berdampak baik menghidupi ruang hidup bersama. Tak hanya sebatas seniman, dampak baik tersebut akan menggerakan perekonomian teman-teman yang bekerja di sektor manajemen seni, komunitas, ruang produksi cetak, pigura, pengemasan, dan pengiriman karya. Selain itu program ini secara khusus bekerja sama dengan Dapur Umum Kolektif, sebuah inisiasi bersama dengan kolektif-kolektif seni di Yogyakarta yang membuat dapur umum dan membagikan makanan gratis setiap harinya.

Bagi kami, Unstocking Room adalah sebuah singgahan yang akan kita rujuk kembali di masa depan, entah karena pentingnya periode ini bagi sebagian besar orang di dunia, atau karena mungkin saja ini menjadi titik berangkat dari sesuatu yang menakjubkan dikemudian hari. Pihak-pihak yang mendukung program ini tak hanya menjadi apresiator saja, lebih dari itu kita semua akan menjadi saksi atas sikap, proses, dan produksi nilai-nilai solidaritas dari sesama warga yang berdaya dan saling menguatkan.

Program ini menawarkan karya-karya pilihan seniman dan tim kurator untuk dikoleksi. Karya bisa dilihat di sini. Setiap minggunya ada wawancara dan diskusi bersama MES 56 dan praktisi seni.

— Akiq AW dan Anang Saptoto

Tim Kurator
Akiq AW, Angki Purbandono, Wimo Ambala Bayang

Partisipan COVID Time Only
Anang Saptoto, Andri Wiliam, Andi Kusumo, Eris Setiyawan, Fajar Riyanto, Wok The Rock, Yudha Kusuma Putera

Partisipan Untung Sama Untung
Anang Saptoto, Akiq AW, Fajar Riyanto, Danysswara, Daniel Satya Graha, Dito Yuwono, Isidorus Shilom, Rangga Purbaya, Wimo Ambala Bayang, Yudha Kusuma Putera

Hasil penjualan karya program ini 50% untuk Seniman, 25% produksi karya, 15% untuk keberlangsungan program Ruang MES 56, dan 10% didonasikan ke ​Dapur Umum Kolektif​, sebuah program solidaritas pangan pekerja seni di Yogyakarta.