Eksplorasi Akiq AW Mengaburkan Batasan Fotografi
— Bernado Udayana, Mahasiswa Pascasarjana ISI Yogyakarta
Era digital yang semakin cepat membuat berbagai kemungkinan untuk melampaui sebuah batasan dalam fotografi. Sebagai seniman, Akiq AW berhasil mengaburkan batasan fotografi tersebut dengan sisi konseptual dari seri karya Of Pixel and The Elastic Mind (2020-2021) berwujud abstrak bak seorang pelukis.
Seri tersebut adalah tawaran Akiq AW untuk menggunakan logika perekaman fotografi digital sebagai alat untuk mengajak penonton berpartisipasi dalam mengandaikan gambaran fotografis yang diandaikan melalui judul. Gambar akhir akan terwujud dari masing-masing pengalaman dan persepsi penonton. Akiq AW melakukan eksplorasi dengan mengubah sekumpulan piksel berdimensi kotak dari sebuah gambar lalu mengolahnya secara digital. Eksplorasinya menjadikan karya tersebut memiliki perspektif yang berbeda, sebab abstraksi yang dihasilkan menawarkan imajinasi dari alam pikiran penonton.
Gambar-gambar yang diubah berasal dari rekaman sebuah lanskap yang kemudian menjadi abstrak, namun setiap manusia memiliki memori yang merupakan bagian dari realitas. Memori sangat penting bagi manusia, karena merupakan kekuatan jiwa manusia untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan dan reaksi.
Ada anggapan bahwa waktu menjadi ada dan dapat dirasakan di dalam pikiran karena disebabkan oleh memori. Konsep waktu diperlukan dalam hal yang merujuk kepada kronologi sebuah peristiwa, beragam peristiwa dalam aspek kehidupan manusia akan menjadi sebuah pengalaman dan terekam di otak sebagai memori.
Memori dapat me-recall bermacam hal seperti rentetan peristiwa, detail penglihatan, atau pengalaman. Maka elastisitas pikiran akan melibatkan memori untuk memahami sesuatu, hal tersebut juga disampaikan oleh De Porter dan Hernacki (2001) bahwa memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui.
Namun dalam praktiknya apabila penonton yang menjadi partisipan dalam seri karya Of Pixel and The Elastic Mind gagal dalam menafsirkan gambar landskap yang disajikan adalah suatu hal yang lumrah. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan otak dalam menyimpan ingatan atau memori tidak mendapatkan kesan khusus yang menimbulkan emosi, sehingga otak kesulitan untuk me-recall ingatan tertentu.
Peranan judul dapat menjadi sebuah petunjuk. Adanya judul karya, penonton dapat berpartisipasi dengan melengkapi gambaran fotografis yang diandaikan. Melalui medium fotografi digital, Akiq AW membangkitkan kembali sebuah memori melalui permainan garis dan warna hasil olahan gambar yang berukuran 1 x 4000 piksel menjadi gambar berdimensi kotak (4000 piksel x 4000 piksel) yang sejak awal tahun 2019 lalu ia tertarik untuk mewacanakannya.
Hal menarik pada seri karya ini adalah adanya imajinasi dari alam pikiran penonton itu sendiri. Imajinasi adalah sebuah kemampuan jiwa yang dapat membentuk satu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama. Berbagai pengalaman dan memori penonton akan mempengaruhi sejauh mana dan bagaimana imajinasinya diwujudkan.
Alih-alih tidak mengetahui gambar awal, imajinasi dapat mewujudkan abstraksi lanskap tersebut dalam alam pikira. Dari situlah sebuah imajinasi menjadi hal penting oleh Akiq AW dan penonton akan menjadi salah satu subjek penafsiran gambar abstrak tersebut.
Bahasan tentang bagaimana menjelajahi imajinasi dan pikiran elastis melalui karya-karya Akiq AW di ruang publik cukup menarik untuk digali, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki memori dan memori merupakan bagian dari realitas kehidupan.
Eksplorasi yang dilakukan Akiq AW menunjukkan melalui medium fotografi digital dapat membawakan konteks partisipasi penonton serta hubungan yang diandaikan antara penonton dan seniman berpengaruh terhadap bagaimana karya seni diproduksi dan dimaknai.